Sejarah perkembangan Artificial Intelligence (AI) adalah perjalanan panjang yang mencerminkan imajinasi manusia, inovasi teknologi, dan tantangan dalam menciptakan mesin yang mampu meniru kecerdasan manusia.
Dari cerita mitos kuno hingga kemajuan teknologi mutakhir pada Maret 2025, AI telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia. Artikel ini akan membahas secara mendalam sejarah AI, mulai dari akar filosofisnya, tonggak penting, hingga tren terbaru, sambil memastikan optimasi SEO untuk visibilitas maksimal di mesin pencari seperti Google.
Pendahuluan: Apa Itu AI dan Mengapa Sejarahnya Penting?
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan mengembangkan sistem atau mesin yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti belajar, berpikir, dan membuat keputusan. AI kini menjadi tulang punggung berbagai industri, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga keamanan siber.
Memahami sejarah AI penting karena memberikan wawasan tentang evolusi teknologi ini, tantangan yang dihadapi, dan bagaimana inovasi masa lalu membentuk masa depan. Dengan menelusuri perjalanan AI, kita dapat mengapresiasi pencapaian teknologi saat ini dan memprediksi arah perkembangannya.
Awal Mula AI: Dari Mitos Kuno hingga Dasar Filosofis
Mitos dan Imajinasi Awal
Sebelum AI menjadi bidang ilmiah, konsep tentang makhluk cerdas buatan telah ada dalam mitologi dan cerita rakyat. Di Yunani Kuno, Talos, manusia perunggu raksasa yang diciptakan oleh dewa Hephaestus untuk melindungi Kreta, adalah contoh awal imajinasi tentang kecerdasan buatan.
Talos dapat bergerak secara otonom dan mendeteksi ancaman, sebuah ide yang mirip dengan robot modern. Dalam mitologi lain, Galatea, patung yang dihidupkan oleh Aphrodite, menunjukkan hasrat manusia untuk menciptakan kehidupan dari benda tak bernyawa (Galatea – Wikipedia).
Di Timur, pada abad ke-10 SM di Tiongkok, insinyur Yan Shi menciptakan manusia mekanik yang dapat berjalan dan menghibur Raja Mu dari Zhou. Ini adalah bukti awal minat manusia terhadap automata, mesin yang meniru perilaku hidup (Yan Shi – Ancient Chinese Automata | Wikipedia). Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa ide tentang AI telah mengakar dalam budaya manusia ribuan tahun sebelum teknologi modern muncul.
Dasar Filosofis AI
Filsafat memberikan landasan intelektual bagi AI. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan silogisme dalam Organon, sebuah sistem logika deduktif yang menjadi dasar algoritma AI modern. Ia juga mengeksplorasi hubungan antara sarana dan tujuan, yang menginspirasikan pengembangan General Problem Solver pada 1959 (Aristotle’s Logic – Stanford Encyclopedia of Philosophy).

Pada abad ke-17, René Descartes berpendapat bahwa tubuh hewan adalah mesin kompleks yang beroperasi berdasarkan hukum fisik, mendekati konsep mekanisasi kecerdasan. Thomas Hobbes, dalam Leviathan (1651), menyebut akal manusia sebagai perhitungan mekanis, sebuah ide yang selaras dengan prinsip AI (Thomas Hobbes – Philosophy | Britannica). Pemikiran ini membuka jalan bagi pemahaman bahwa kecerdasan bisa direplikasi melalui mesin.
Teknologi Awal yang Mendukung AI

Perkembangan teknologi awal juga krusial. Pada 1642, Blaise Pascal menciptakan kalkulator mekanis pertama, yang mampu melakukan operasi aritmatika sederhana. Kemudian, pada 1672, Gottfried Wilhelm Leibniz mengembangkan Stepped Reckoner, memperluas kemampuan komputasi mekanis (History of Computers – Live Science). Pada abad ke-19, George Boole memperkenalkan aljabar Boole (1854), yang memungkinkan logika direpresentasikan secara matematis—landasan penting bagi komputer digital (George Boole – IEEE).
Pada awal abad ke-20, Bertrand Russell dan Alfred North Whitehead menerbitkan Principia Mathematica (1910-1913), mencoba membuktikan bahwa matematika dapat direduksi menjadi logika mekanis. Terobosan terbesar datang pada 1936, ketika Alan Turing memperkenalkan mesin Turing dalam makalah “On Computable Numbers”. Mesin ini menjadi model teoretis untuk komputasi modern, dan tesis Church-Turing menetapkan batas apa yang dapat dihitung oleh mesin (Alan Turing – Computer History Museum).
Kelahiran AI Modern: Era 1950-an dan 1960-an
Tonggak Resmi AI
![Sejarah Perkembangan AI dari Masa ke Masa Sejarah Perkembangan AI [David Pierce Studio. "Anglo American Seminar on the Teaching and Learning of English." Dartmouth College Photographic Files, 1966. Dartmouth Digital Library Program, collections.dartmouth.edu/archive/object/PhotoFiles/PhotoFiles-icon1647-0067-0000001.]](https://tekrologi.com/wp-content/uploads/2025/02/konferensi-dartmouth.webp)
AI sebagai disiplin ilmiah resmi lahir pada 1950-an. Pada 1950, Alan Turing menerbitkan “Computing Machinery and Intelligence”, memperkenalkan Uji Turing, sebuah metode untuk menilai apakah mesin dapat menunjukkan kecerdasan mirip manusia (Turing Test – Wikipedia). Makalah ini memicu diskusi global tentang potensi kecerdasan buatan.
Pada 1956, Konferensi Dartmouth yang diselenggarakan oleh John McCarthy, Marvin Minsky, Claude Shannon, dan Nathaniel Rochester menjadi titik awal penelitian AI modern. Konferensi ini menciptakan istilah “Artificial Intelligence” dan menetapkan visi untuk mengembangkan mesin yang bisa belajar dan berpikir (Dartmouth Conference – AI History | Wikipedia).
Pencapaian Awal AI
Era ini melahirkan beberapa inovasi penting:
- Logic Theorist (1956) oleh Allen Newell, J.C. Shaw, dan Herbert A. Simon, mampu membuktikan teorema matematika secara otomatis.
- General Problem Solver (1959), sistem untuk menyelesaikan masalah logis yang dapat diformalkan.
- Perceptron (1957) oleh Frank Rosenblatt, model jaringan saraf awal yang bisa belajar dari data (Perceptron – History of Neural Networks | IEEE).
John McCarthy juga mengembangkan LISP (1958), bahasa pemrograman yang menjadi standar penelitian AI. Pada 1959, Arthur Samuel menciptakan program catur berbasis machine learning, dialah yang memperkenalkan istilah machine learning tersebut (Arthur Samuel – Wikipedia).

Pada 1965, ELIZA karya Joseph Weizenbaum menunjukkan potensi interaksi manusia-mesin melalui simulasi percakapan (ELIZA – Wikipedia). Kemudian, pada 1966, Shakey the Robot dari SRI International menjadi robot pertama yang menggunakan AI untuk navigasi otonom (Shakey – SRI).
Zaman Keemasan AI: 1960-an dan 1970-an
Optimisme dan Dukungan Besar
Periode ini dikenal sebagai zaman keemasan AI, ditandai dengan optimisme tinggi dan pendanaan besar, terutama dari DARPA di AS. Penelitian AI berkembang pesat, menghasilkan:
- Algoritma A* (1968) oleh Peter Hart, Nils Nilsson, dan Bertram Raphael, yang meningkatkan efisiensi pencarian solusi (A* Algorithm – Stanford).
- SHRDLU (1970) oleh Terry Winograd, sistem NLP yang memahami perintah bahasa alami dalam simulasi blok (SHRDLU – MIT).
Sistem Pakar Pertama
Sistem pakar menjadi fokus utama, menggunakan basis pengetahuan untuk menyelesaikan masalah spesifik. DENDRAL (1965) oleh Edward Feigenbaum dan Bruce Buchanan menganalisis senyawa kimia, menjadi sistem pakar pertama yang sukses (DENDRAL – AAAI). Pendanaan besar mencerminkan harapan bahwa AI akan segera mencapai kecerdasan manusia, meskipun tantangan teknis mulai muncul.
AI Winter Pertama: 1970-an dan Awal 1980-an
Tantangan Teknologi dan Skeptisisme
Pada pertengahan 1970-an, AI memasuki musim dingin pertama, dimana banyak investor mulai merasakan kekecewaan terhadap hasil yang dicapai oleh penelitian AI. Investasi yang besar pada awalnya tidak menghasilkan terobosan yang signifikan, sehingga menyebabkan penurunan minat dan dana untuk penelitian lebih lanjut.
Baca juga: Dasar-Dasar Kecerdasan Buatan: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Masa inilah yang dikenal sebagai AI Winter, di mana banyak proyek AI terhenti dan penelitian mengalami stagnasi.. Sistem AI ternyata terbatas, tidak mampu menangani situasi tak terduga atau memiliki “akal sehat”. Laporan Lighthill (1973) di Inggris mengkritik kemajuan AI yang lambat, menyebabkan pemotongan pendanaan (Lighthill Report – BBC). Di AS, DARPA juga mengurangi dukungan pada 1974, memicu skeptisisme luas terhadap AI.
Kebangkitan AI: Era Sistem Pakar 1980-an
Kesuksesan Sistem Pakar
AI bangkit kembali pada 1980-an berkat sistem pakar yang lebih canggih. MYCIN (1976) oleh Edward Shortliffe mendiagnosis infeksi bakteri dengan akurasi tinggi (MYCIN – Stanford). XCON (1980) oleh DEC mengotomatisasi konfigurasi komputer, menghemat biaya besar (XCON – AI Magazine). Di Jepang, Proyek Generasi Kelima (1982) mendorong pengembangan komputer cerdas (Fifth Generation Project – SJSU).
AI Winter Kedua: Akhir 1980-an hingga 1990-an
Keterbatasan dan Penurunan Minat
Pada akhir 1980-an, AI kembali terpuruk dalam musim dingin kedua. Sistem pakar mahal dan sulit diadaptasi, sementara pasar perangkat keras AI seperti mesin Lisp runtuh. Namun, penelitian terus berlanjut di bidang machine learning, yang menjadi cikal bakal kebangkitan berikutnya.
Era Machine Learning: 1990-an hingga 2000-an
Pendekatan Berbasis Data

Fokus beralih ke machine learning, dengan teknik seperti Support Vector Machines (1995) dan jaringan Bayesian. Pada 1997, Deep Blue dari IBM mengalahkan Garry Kasparov dalam catur, menandai keberhasilan AI dalam permainan strategis (Deep Blue – IBM). Pertumbuhan internet dan daya komputasi memperluas aplikasi AI ke pengenalan suara dan sistem rekomendasi.
Revolusi Deep Learning: 2010-an hingga Sekarang
Terobosan Deep Learning
Era deep learning dimulai pada 2010-an. Pada 2012, AlexNet memenangkan kompetisi ImageNet, mengubah paradigma pengenalan gambar (AlexNet – Papers with Code). Pada 2016, AlphaGo dari DeepMind mengalahkan Lee Sedol dalam Go, menunjukkan kemampuan AI dalam permainan kompleks (AlphaGo – DeepMind).
Pencapaian Terkini
Pada 2020, GPT-3 dari OpenAI dengan 175 miliar parameter menghasilkan teks mirip manusia (GPT-3 – OpenAI). DALL-E (2021) menciptakan gambar dari teks, dan ChatGPT (2022) mencapai 100 juta pengguna (ChatGPT – TechCrunch). Pada 2024, Google merilis Gemini 2.0, model multimodal untuk teks, gambar, dan video (Gemini 2.0 – Google Blog).
Tren AI Maret 2025
Hingga Maret 2025, AI berfokus pada keamanan nasional dan agen otonom. OpenAI bermitra dengan sektor pertahanan, sementara tren ROI AI generatif meningkatkan efisiensi (AI Trends 2025 – MIT Technology Review).
Tabel: Tonggak Utama Perkembangan AI
Periode | Tahun | Peristiwa Utama | Keterangan |
---|---|---|---|
Awal Mula | 1642 | Kalkulator Pascal | Mesin penghitung mekanis pertama |
1936 | Makalah Turing “On Computable Numbers” | Mesin Turing dan tesis Church-Turing | |
Kelahiran AI | 1950 | Uji Turing | Tes untuk kecerdasan komputer |
1956 | Konferensi Dartmouth | Istilah AI diciptakan | |
Zaman Keemasan | 1968 | Algoritma A* | Peningkatan efisiensi pencarian |
Musim Dingin AI Pertama | 1973 | Laporan Lighthill | Kritik terhadap AI, pemotongan pendanaan |
Kebangkitan Sistem Pakar | 1980 | XCON | Sistem pakar untuk konfigurasi komputer |
Musim Dingin AI Kedua | 1990-an | Runtuhnya pasar mesin Lisp | Penurunan minat industri |
Machine Learning | 1997 | Deep Blue vs. Kasparov | AI menang dalam catur |
Deep Learning | 2012 | AlexNet menang ImageNet | Terobosan deep learning |
2022 | ChatGPT mencapai 100 juta pengguna | Popularitas model bahasa besar | |
Perkembangan Terkini | 2024 | Rilis Gemini 2.0 oleh Google | Kemajuan AI generatif dan agen |
Kesimpulan: Masa Depan AI yang Penuh Potensi
Sejarah AI menunjukkan evolusi luar biasa dari mitos kuno hingga teknologi canggih Maret 2025. Dengan deep learning, AI generatif, dan aplikasi strategis, masa depan AI cerah. Tetap ikuti perkembangan ini untuk melihat bagaimana AI terus membentuk dunia!